24 July, 2017

#34 Banjarmasin, Sampah dan Slogan “Bungas”



“Mas... Banjarmasin kotor ya kotanya”. Pernyataan ini terlempar dari seorang pendatang di Banjarmasin. Bukan untuk pertama kalinya, namun sudah beberapa kali celetukan ini secara sadar terucap dari orang yang berbeda. Umumnya mereka membandingkan dengan kota tempat asal mereka atau kota yang pernah mereka tinggal sebelumnya. 

Bagi orang Banjarmasin, yang lahir dan dibesarkan di Banjarmasin, mungkin terlihat biasa, karena memang sudah terbiasa dengan kondisi yang ada. Dulu kalau tidak salah ingat, tahun 1995 Banjarmasin pernah mendapatkan penghargaan adipura. Adipura adalah sebuah penghargaan dari Pemerintah bagi daerah yang berprestasi menjaga kebersihan daerahnya. 20 tahun kemudian, Banjarmasin kembali mendapatkan Adipura di bidang kebersihan dan pengelolaan lingkungan perkotaan.

Banjarmasin sekarang tumbuh menjadi kota yang mapan dan modern. Bangunan-bangunan besar berdiri dengan gagahnya. Namun kebersihan kota ini perlu menjadi perhatian serius. Beberapa sudut kota terdapat area-area padat pemukiman, dan cenderung ke arah kumuh jika tidak tertata dengan baik. 

                                                                                                                      Sumber Ilustrasi: www.beritabanjarmasin.com

Dalam teori wilayah perkotaan, area kumuh (slum area) pada negara-negara berkembang memang tumbuh. Namun untuk menjaga kebersihan kota, area-area yang termasuk pada pemukiman ini juga harus dikontrol. Inilah tantangan pertama bagi kota Banjarmasin untuk menjadikan Kota ini bersih dan nyaman. Terlebih lagi jika area-area tersebut berada di bantaran sungai. Tantangan ini akan semakin berat.

Kedua adalah perilaku masyarakat. Di jalan kita tidak sulit untuk menemukan sampah. Sudah sangat sering ditemukan, sampah dibuang oleh pengguna moda transport. Tiba-tiba sampah di buang dari dalam mobil ke jalan. Begitu juga dengan pengendara motor dan penumpangnya. Namun berdasarkan pengamatan penumpang mobil lebih sering membuang sampah ke jalan dibandingkan pengendara motor.


Di tempat-tempat keramaian, akan lebih banyak lagi ditemukan sampah berserakan. Tempat itu adalah pasar-pasar tradisional. Tempat wisata seperti siring, area maskot bekantan, di sekolah-sekolah juga demikian. Sungguh berat pekerjaan dari pasukan kuning untuk membersihkan sampah-sampah itu.

Belajar dari yang Berhasil
Dahulu ketika penulis menjadi narasumber tentang penggalian sumber pertumbuhan ekonomi baru di suatu Kabupaten di Kalimantan Selatan, dipaparkan contoh-contoh daerah di Jawa yang maju perekonomiannya. Namun saran ini ditolak mentah-mentah, dengan alasan kita tidak bisa membandingkan mereka yang Jawa dan kita yang di Kalimantan. Mereka lengkap fasilitasnya. Mereka inilah... mereka itulah... dan lain sebagainya. 

Penulis mengatakan bahwa di Jawa itu hanyalah role model saja, supaya ada pegangan dalam melangkah. Perkara kita kalah dalam berbagai hal, itulah yang menjadi tantangannya.

Analogi ini serupa dengan bahasan ini. Baiklah kita akan kesampingkan kota-kota di Jawa yang maju, bersih, dan atau langganan penerima adipura. Kita lihat kota di provinsi tetangga, yakni Balikpapan. Sekali lagi kita bukan mau membanding-bandingkan karena kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing. Fokusnya adalah hanya menjadikan Balikpapan sebagai role model.

Balikpapan adalah salah satu dari tiga daerah yang mendapatkan Adipura Paripurna. Adipura paripurna sendiri adalah penghargaan tertinggi terhadap kota/ibukota kabupaten yang telah mampu memberikan kinerja terbaik. 

Saya ingin mengutip tulisan dari seorang blogger Kompasiana, Deni Suryana, dipublis 24 Juni 2015. Tulisan beliau cukup memberikan gambaran mengapa Kota Balikpapan layak menjadi role model sebagai kota yang bersih dan nyaman. Berikut kutipannya:

“Terus terang saya sangat kerasan atau betah berada di Kota Ini, hal utama yang membuat saya nyaman dan betah tinggal di Kota ini adalah kebersihan dan ketertibannya sangat terjaga.

Meski Kota Balikpapan memiliki udara yang relatif panas, baik di siang maupun malam hari namun Kota ini menawarkan kesejukan lainnya yaitu kebersihan dan keteraturan. Dari banyak Kota yang pernah saya singgahi dan saya tinggali Kota Balikpapan lah menurut saya Kota yang paling layak dan nyaman untuk dihuni dan ditinggali.
Pantas jika Kota ini langganan untuk mendapatkan predikat Kota Terbersih dan memiliki koleksi Adipura yang cukup banyak. 

Jika anda kebetulan ada waktu main ke Balikpapan coba anda lihat-lihat di sekeliling kota, akan sangat sulit menemukan sampah berserakan. Ini tentu bukan kebetulan, namun memang kota ini memiliki sistem pemeliharaan kebersihan yang luar biasa.

Jika anda lihat di sepanjang kota Balikpapan pasti anda akan menemukan petugas kebersihan stand by dan membersihkan lingkungan. Baik siang maupun pagi di pagi buta pun mereka sudah bekerja. Saya pernah berbincang dengan salah seorang petugas kebersihan, konon katanya mereka mulai bekerja sejak pukul 02.00 WITA. Dan sistem kerjanya dibagi menjadi beberapa shift.

Salah satu yang cukup unik adalah bahwa setiap kendaraan roda 4 (empat) wajib menyediakan tempat sampah di kendaraannya, dan dengan random diadakan razia. Jika kendaraan tidak menyediakan tempat sampah tersebut maka akan ada sanksi yang harus ditanggung oleh pemilik/ pengendara. “

Kota Balikpapan bersih dan nyaman bukanlah tanpa usaha. Ada begitu panjang proses dan begitu banyak kebijakan yang mendukung sehingga Balikpapan bersih dan nyaman seperti sekarang. Beberapa kebijakan dan peraturan yang baik, tentulah dapat menjadi contoh bagi Banjarmasin. 

Kita sadar, tanggung jawab menjaga Banjarmasin agar selalu bersih, tanggung jawabnya bukan hanya terletak pada pemerintahnya. Masyarakat justru lebih berperan besar. Jika semuanya berperan aktif menjaga kebersihan Banjarmasin, maka slogan Banjarmasin Bungas, bukan tinggal slogan saja. Banjarmasin bungas adalah sebuah kebanggaan.

(Abdurrahman @Banjarmasin, 24 Juli 2017)