20 March, 2012

#13 Mengungkap Eksotika Wisata Tanah Bumbu - Kota Baru

Saya bukanlah seorang warga asli Tanah Bumbu. Namun berawal dari hobi saya berpetualang atau yang lebih tepatnya pecinta pesona alam, membawa saya untuk menjelajah setiap wahana objek wisata alam Tanah Bumbu. Bahkan tidak hanya Tanah Bumbu, tapi juga kotabaru.

Mungkin tidak banyak orang yang mengenal semua eksotika alam kedua kabupaten ini. Kedua kabupaten mempunyai ikatan historis yang kuat, karena Kabupaten Tanah Bumbu adalah kabupaten pemekaran dari kabupaten kotabaru sejak tahun 2003. Rasanya terlalu naif untuk melupakan kedua daerah ini dalam peta pariwisata Kalimantan Selatan. Tidak usah pada level nasional, dalam konteks pariwisata Kalimantan Selatan saja, warga Kalimantan Selatan khususnya banyak yang tidak mengenal. Banyak penyebabnya. Pertama, Letak dua daerah ini memang berada di ujung provinsi Kalimantan Selatan. Jika wisatawan lokal dari Kalimantan Selatan yang berasal Banjarmasin dan sekitarnya akan berpikir dua atau tiga kali menuju Tanah Bumbu dan Kota Baru. Jika hanya sekedar melihat pantai saja, masyarakat Banjarmasin cukup datang ke pantai Batakan yang jaraknya relatif dekat, sekitar 85 km dari Banjarmasin. Bandingkan jika menuju Batulicin, ibukota Kabupaten Tanah Bumbu yang berjarak 270 km dari Banjarmasin dan Kota Baru Pulau Laut yang mencapai 320 km.

Faktor promosi menjadi alasan kedua, yang membuat pariwisata Tanah Bumbu dan Kotabaru belum terdengar. Pemerintah daerah masing – masing kedua kabupaten ini juga belum maksimal mengelola objek wisata dan pada beberapa objek wisata terkesan berkembang secara natural, kalau tidak ingin dikatakan dibiarkan seadanya. Padahal potensinya lebih dari cukup. Yang paling dikenal masyarakat luas dari kabupaten Tanah Bumbu masih sebatas pantai Pagatan dengan even pesta pantainya sekali dalam setahun. Sedangkan Kota Baru dengan siring lautnya yang diisi dengan kegiatan hiburan pada even – even penting semisal tahun baru dan pantai gedambaan dengan cottage-nya dan kolam pemancingan.

Jika dibandingkan dengan seluruh potensi yang ada, tentulah tidak sebanding. Coba tengok dengan objek lainnya di kabupaten Kota Baru, masih terdengar samar – samar ditelinga khalayak seperti terumbu karang yang mempesona ada di teluk Tamiang kecamatan Pulau Laut Barat, air terjun Tumpang Dua yang berlokasi di desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara, wisata alam air panas di desa Sigam, prosesi utarna Macceratasi di pantai sarang tiung, pemandangan di Pulau Manti dengan pasir pantai putih yang berada di antara Pulau Laut dan Pulau Sebuku, Batu Jodoh terletak di pantai Aru kecamatan Pulau Laut Selatan, air terjun Seratak di desa Seratak, Pulau Samar Gelap tempat habitat penyu bertelur, Goa Temuluang mendapat julukan goa paling mahal karena terdapat sarang burung wallet dengan air liurnya yang bernilai tinggi.

Di Tanah Bumbu sendiri terdapat beberapa objek wisata selain Pantai Pagatan yang lebih dikenal, seperti pantai Rindu Alam di kecamatan Sungai Loban, pantai Bunati dan pantai Angsana dengan pesonanya yang khas di kecamatan Angsana, pantai Sungai Cuka di kecamatan Satui, eksotika diving melihat terumbu karang Bunati berlokasi di desa Bunati kecamatan Angsana, pesona pegunungan Meratus di kecamatan Mantewe dan Kusan Hulu, spot pemancingan ikan di selat laut dan laut Jawa, dan lain sebagainya.

Sektor pariwisata bagi pemerintah kabupaten Tanah Bumbu maupun Kotabaru bisa jadi bukan menjadi andalan bagi pemasukan kas daerah, karena jumlahnya jauh sekali di bawah sektor pertambangan, yang memang menjadi andalan kedua daerah ini. Namun jika kita mau berpikir arif terhadap dampak di kemudian hari, tentunya tidak hanya mengandalkan sektor pertambangan saja yang diakui secara jamak justru merusak alam. Berbanding terbalik dengan sektor pariwisata yang menjaga keseimbangan alam. Pemerintah, masyarakat dan pihak swasta yang mempunyai perhatian terhadap kelangsungan pariwisata alam mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk menjaga alam agar tetap seimbang, hijau dan mempesona bagi setiap orang yang menikmatinya. Semoga.

09 March, 2012

#12 Shodaqoh Itu Memang Ajaib Lho.....

Teman, jangan pernah menolak deh kalo ada orang yang meminta – minta kepada kita dan juga tak boleh menghardik mereka. Islam memang tidak mengajarkan orang agar menjadi peminta – minta. Tapi Islam juga mengajarkan agar peduli dengan orang sekitar kita. Tidaklah pantas bagi kita bersenang – senang sedangkan tetangga atau orang di sekitar kita dalam keadaan menderita. Islam juga sudah mengajarkan bahwa tangan di atas atau orang yang memberi lebih baik daripada tangan di bawah atau orang yang meminta. Tidak boleh pula kita lantas menghardik peminta – minta hanya karena baju mereka yang lusuh, suara rintihan mereka yang mengganggu telinga, dan segala bentuk kondisi mereka yang membuat kita terganggu.

Teman, ingatlah bahwa mereka adalah makhluk ALLAH juga. Hina di mata manusia hanya berbentuk zahir. Namun sebagai ciptaan ALLAH, di hadapan ALLAH adalah sama. Dengan bahasa analognya adalah bahwa, peminta – minta, tukang becak, tukang sampah, pedagang, pegawai, posisinya sama di hadapan ALLAH yang maha Pencipta. Apalagi pejabat, menteri, sampai presiden sama saja. Yang membedakan di antara mereka adalah amal yang diperbuat selama di dunia. Jika kita diberikah kelebihan rejeki dari ALLAH alangkah baiknya kita berbagi sesama.

Salah satu bentuk berbagi itu adalah dengan shodaqoh. Shodaqoh itu memang ajaib lho teman. Jangan pernah ragu deh untuk bershodaqoh. Orang yang bershodaqoh secara zahir berkurang harta yang ia pegang di dunia. Namun hakikatnya ia telah menabung untuk akhiratnya. Bahkan janji Allah orang yang bersyukur atas nikmat dari ALLAH, yang salah satu bentuknya dengan bershodaqoh akan diberi oleh ALLAH kenikmatan yang berlipat, bahkan sampai 7 kali lipat. Namun sebaliknya jika ingkar nikmat dan tidak bersyukur akan diberikan ALLAH peringatan dalam bentuk yang tidak pernah kita duga.
Tentang shodaqoh, saya teringat dengan sebuah pengalaman. Suatu waktu saya bersilaturahim ke rumah keluarga yang memang dapat dikategorikan jauh dari hal yang berada. Rumahnya kos, dari kayu yang hampir lapuk, ukurannya lebih kurang 2 x 3, dihuni oleh 4 orang. Keadaannya memang memprihatinkan. Saya berniat ingin memberinya uang. Saat itu saya membawa uang kurang dari 100 ribu. Padahal saat itu saya berencana membeli sesuatu yang penting. Melihat keadaan mereka saya berubah pikiran dan berniat menyerahkan uang 50 ribu. Tidak mengapa lah. Mereka lebih membutuhkan saya pikir. Akhirnya saya menyerahkan uang tersebut.

Saat perjalanan pulang saya dapat telpon dari seorang teman untuk bertemu di suatu tempat. Di sinilah letak Keajaiban itu. Saya mengatakan ini memang keajaiban, karena tidak pernah terduga. Setelah bertemu, dia ternyata menyerahkan uang sekitar Rp200.000,- plus sebuah benda. Yang jika diuangkan semuanya mungkin hampir Rp.350.000,-. Coba perhatikan jika ini memang balasan dari ALLAH, berarti benar firman ALLAH itu bahwa ganjaran orang bershodaqoh itu 7 kali lipat.

Oleh karena itu jangan pernah menghinakan peminta – minta. Jangan pernah ragu untuk bershodaqoh kepada mereka, yang memang mereka termasuk dalam fakir miskin. Tanpa kita sadari bahwa mereka adalah ladang amal. Kelak amalan bershodaqoh ini menambah timbangan amal baik kita di saat yaumil hisab nanti. Bukan kah seorang hamba ALLAH yang termasuk dalam golongan aghniya itu akan diminta pertanggung jawaban kemana harta nya selama didunia dibelanjakan? Ingat kawan, ternyata harta saat di dunia hanyalah titipan belaka. Tak bisa sedikitpun akan dibawa ke alam kubur. Yang menjadikan ia abadi jika harta itu dibelanjakan untuk kebaikan seperti halnya shodaqoh. Harta yang dishodaqohkan itulah harta yang sejati. Shodaqoh memang ajaib. Wallahhu’alam bishshowab.

07 March, 2012

#11 Touring 820 Km Melewati Meratus

Luar biasa... Ini lah kali pertama saya melihat dan menikmati langsung pemandangan salah satu bagian dari pegunungan meratus. Setelah sekian lama hanya mendengar dari orang – orang dan membaca dari tulisan - tulisan tentang pegunungan Meratus.
Meratus, sebuah barisan pegunungan yang membentang dari selatan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan hingga ke utara perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Luasnya diperkirakan meliputi sejuta hektar. Indah dan menakjubkan. Suasananya teduh dan dingin meski hari itu sudah mulai siang sekitar jam 11. Saya tidak pernah berfikir mempunyai kesempatan untuk melakukan perjalanan panjang dan melelahkan ini. Pegunungan Meratus hanyalah sebagian tempat yang kami lewati dari sekian ratus kilometer.

Oktober 2009, saya beserta istri dan Azmi, anak laki – laki kami yang pada saat itu belum genap berusia setahun melakukan touring dengan rute awal Batulicin – Paringin yang diperkirakan berjarak sekitar 300 km. Kami terpaksa melakukan itu untuk menghemat waktu agar istri sempat mendaftar penerimaan CPNS di Kabupaten Balangan. Jika lewat Banjarmasin memakan waktu setidaknya dua hari. Perjalanan ini terasa nikmat karena melewati berbagai pemandangan alam yang menakjubkan. Juga terasa menegangkan karena kami hanya menggunakan sepeda motor Mega Pro dengan melewati berbagai rintangan, jalan tambang yang licin, berbatu dan berlumpur, jalan berlubang dan jalan gunung yang menanjak gunung, jalan berkelok – kelok dengan sisi – sisinya adalah jurang yang dalam, dan jalan samping gunung yang tanahnya amblas. Alhamdulillah kami mampu melaluinya.

Berangkat dari rumah di Batulicin jam 7 pagi dan sampai di Paringin tepat ketika adzan ashar berkumandang. Dalam perjalanan kami lima kali singgah. Pertama Di kilometer 70 ruas jalan Batulicin – Lumpangi desa Hatalau Meratus Raya Kabupaten Tanah Bumbu, yang kedua di poskamling desa Peramasan Kabupaten Banjar, kemudian di musholla Padang Batung Kabupaten Tapin, rumah makan di Kandangan Kabupaten HSS, dan terakhir sholat zuhur di mesjid di Batu Mandi kabupaten Balangan sebelum akhirnya sampai di penginapan Paringin.

Hanya satu malam kami di Paringin. Besok pagi setelah mendaftar di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan, kami bersiap – siap pulang. Pulang dari Balangan kami lantas tidak melewati jalan di pegunungan Meratus lagi, karena terlalu beresiko berangkat siang seperti ini. Ada kekhawatiran keamanan pada saat lewat di sana malam hari dan tanah yang amblas menjadi pertimbangan untuk tidak melalui pegunungan Meratus lagi. Akhirnya kami menuju Banjarmasin sekalian pulang ke rumah di Banjarmasin yang berjarak sekitar 220 dari Paringin. Sehari kami bermalam di Banjarmasin, besoknya kami melanjutkan perjalanan ke Batulicin. Jarak Banjarmasin ke Batulicin tepatnya di rumah kami di sekitar 300 km. Dalam perjalanan selama 3 hari setidaknya kami telah menempuh lebih dari 820 km. Sebuah pengalaman yang luar biasa, touring bersama istri dan anak tercinta.