07 February, 2018

#40 17 Font Penggugah Mata



Jika anda yang sering bergelut dengan dunia desain grafis, termasuk pula infografis, salah satu unsur penting dalam desain adalah pemilihan jenis font yang digunakan. Pemilihan jenis font ini ditentukan oleh tujuan dari output desain itu sendiri, filosofi dari jenis font dan nilai artistik secara keseluruhan. Sebagian besar font umumnya telah tersedia oleh program pengolah kata seperti MS. Word saat kita menginstall. Namun jika kita bosan dan tidak sesuai dengan jiwa seni kita, kita bisa mengunduh font yang lainnya, baru kemudian kita pasang di komputer kita. 

Berikut ini beberapa rekomendasi font yang pernah penulis gunakan. Font tersebut dapat diunduh secara free di www.1001fonts.com dan www.dafont.com. Caranya unduh dulu, kemudian install file yang diunduh tadi. Kita juga dapat mengunduh font jenis lainnya. Tergantung selera dari sang desainer. Tapi yang perlu diingat lagi adalah tujuan dari desain itu sendiri. Jangan sampai font Complete in Him misalnya dipakai untuk desain yang bernuansa formal. Selamat mendesain... 

(Abdurrahman, @banjarbaru,07022018)

04 February, 2018

#39 Korupsi: Warisan Haram, Tanpa Surat Wasiat






“Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku tiap orde yang datang silih berganti.”
Dua kalimat pembuka di atas dikutip dari sebuah buku kuliah tentang korupsi. Menjadi sangat relevan untuk disampaikan saat ini. Pesan tersebut seakan menjadi teorema yang akan terus dibuktikan pembenarannya.
Pembuktian teranyar terjadi di Provinsi Jambi. Tidak tanggung-tanggung orang nomor satu di provinsi tersebut menjadi tersangkanya. Sebelumnya orang nomor satu di salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan. Sudah kesekian kalinya pejabat di negeri ini menjadi pesakitan. Jangan-jangan korupsi ini telah membudaya di kalangan birokrasi. Jenisnya bisa saja beragam dari kelas teri hingga kelas kakap. Yang terungkap ke permukaan adalah kelas kakap. Yang kelas di bawahnya bisa saja jumlah kasusnya lebih banyak.
Mohtar Mas’oed (1994) mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari kewajiban formal suatu jabatan publik karena kehendak untuk memperoleh keuntungan ekonomis atau status bagi diri sendiri, keluarga dekat. Tindak korupsi umumnya merupakan transaksi dua pihak, yaitu pihak yang menduduki jabatan publik dan pihak yang bertindak sebagai pribadi swasta.Tindakan yang disebut korupsi adalah transaksi di mana satu pihak memberikan sesuatu yang berharga (uang atau aset lain yang bersifat langgeng seperti hubungan keluarga atau persahabatan) untuk memperoleh imbalan berupa pengaruh atas keputusan-keputusan pemerintahan.
Korupsi adalah penyakit sosial. Berbagai faktor melatarbelakangi terjadinya korupsi. Dorongan terbesar adalah syahwat memperkaya diri. Hasil penelitian Yuliani (2006) menyebutkan bahwa semakin besar kekuasaan yang dimiliki seseorang semakin besar pula godaan untuk melakukan korupsi. Peluang terbesar terjadinya korupsi ada di birokrasi sebagai organisasi publik penyelenggara pemerintahan dan pelayanan publik sehari-hari. Meskipun tidak menutup kemungkinan pihak swasta juga dapat terjerat korupsi.
Maka hati-hatilah kita sebagai abdi negara, terlebih lagi para pejabat yang memiliki kewenangan mengatur keuangan. Jangan menjadi budak nafsu. Karena menuruti nafsu memperkaya diri dengan jalan yang tidak benar, maka akan berpeluang teperangkap dalam jebakan korupsi.
Mari perkuat iman dan perbanyaklah ibadah. Selalu berdzikir dan mengingat diri bahwa korupsi adalah perbuatan tercela. Selalu berdo’a agar kita dijauhkan dari segala godaan kemaksiatan dunia. Sholatlah selalu meskipun saat sedang sibuk-sibuknya bekerja. Waktu sholat bukan waktu sampingan. Namun kebutuhan utama. Sesibuk apapun bekerja, sholat tetap wajib dilaksanakan. Insya Allah sholat yang benar akan menjauhkan diri dari perbuatan kemunkaran.

(Abdurrahman, @banjarbaru, 04022018)

30 January, 2018

#38 Pendidikan Tinggi, Pelanggaran Tinggi



Ada satu kegelisahan saya selama dua tahun terakhir tinggal di Kota Banjarbaru ini. Saya tidak tahan untuk tidak menulisnya. Karena semakin lama semakin intens pelanggaran ini. Lama-lama menjadi kebiasaan dan menjadi pembenaran, dan akan diikuti banyak orang. Masalah tersebut adalah disiplin berlalu lintas.

Jika dibandingkan dengan Banjarmasin, yang penduduknya lebih padat dibandingkan Banjarbaru, disiplin berlalu lintas masyarakat Banjarbaru levelnya masih berada di bawah. Kita tidak sulit menemukan pengendara kendaraan melawan arus. Yang terbanyak adalah sepeda motor. Tapi beberapa mobil juga pernah saya lihat di ruas jalan Trikora dan jalan Karang Rejo - Palam. Saya tidak mengetahui persis penyebabnya. Tapi jika diperhatikan, di Banjarmasin banyak tersedia pos polisi. Sementara di Banjarbaru belum sebanyak di Banjarmasin. Apakah ini ada hubungannya? Belum bisa dipastikan. Perlu ada penelitian mungkin untuk menjawabnya.

Kegelisahan saya semakin beralasan. Sebabnya Banjarbaru merupakan satu dari sedikit daerah di Indonesia yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berkategori tinggi, yakni di atas 70. IPM ini sendiri dibentuk dari komponen pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Semakin tinggi IPM semakin tinggi pula capaian pembangunan manusianya. Di wilayah Kalimantan Selatan, IPM Banjarbaru merupakan tertinggi, bahkan di atas Banjarmasin. Level pendidikan rata-rata penduduk Banjarbaru, berada paling atas. Sayangnya perilaku dalam berlalu lintas belum sejalan dengan pendidikan yang dimiliki. Itulah sebabnya jumlah kecelakaan di Banjarbaru lebih tinggi dibandingkan Banjarmasin. Sebagai gambaran, tahun 2016 tercatat 70 kasus kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor. Lebih tinggi dari Banjarmasin yang hanya 55 kasus pada tahun yang sama. 

Memang kita tidak bisa menggeneralisir masyarakat Banjarbaru secara umum. Bisa saja pelakunya oknum. Oknumnya mewabah. Namun inilah gambaran makronya. Jika pelanggaran ini membudaya, maka sulit untuk menghilangkan budaya. Perlu ada upaya khusus untuk membangun disiplin pengendara kendaraan di Banjarbaru. Sebagai warga Banjarbaru, inilah salah satu bentuk kepedulian saya. Semoga menjadi perhatian bagi semua pihak yang terkait.

(Abdurrahman@banjarbaru,30012018)




#37 Yuk Sekolah di Madrasah.....



Bagi saya pendidikan agama sangat penting. Menanamkan ajaran agama sedari kecil itu adalah kewajiban. Sayapun memasukkan anak saya di Madrasah Ibtidaiyah (MI), bukan sekolah yang lain. Hal yang sama juga saya dapatkan saat kecil dulu. Saya dulu sekolah di Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah Banjarmasin. 


Di sekolah agama, porsi pelajaran agama jauh lebih besar. Ada mata pelajaran Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Al-Qur’an dan Hadist, Bahasa Arab, Fiqih, Baca Tulis Al-Qur’an, Kaligrafi, dan lainnya. Tentu ini pelajaran ini tidak semuanya kita dapatkan di sekolah umum. Kelak ilmu-ilmu ini akan bekal mereka ke depan. Saya sendiri sudah merasakan saat ini. Sebagai contoh adalah bahasa arab. Meski pasif, saya masih bisa memahami beberapa makna kata bahasa arab. Yang lain adalah kaligrafi. Saya masih lancar menulis salah jenis khat arab.

Yuk.... mari kita masukkan anak-anak kita ke sekolah berbasis agama. Agar mereka mendapatkan bekal ilmu agama yang mumpuni. Belajar mengaji, belajar sholat, belajar akhlak yang baik dimulai dari kecil. Mungkin saja sebagian dari kita sebagai orang tua tidak sempurna dalam memberikan ajaran agama, salah satunya karena kesibukan kerja. Perkara setelah dewasa mau menekuni di bidang apa saja, tidak menjadi persoalan lagi. Karena akhlak dan pribadi mereka telah terbentuk dengan baik. Hal ini pula yang menjadikan mereka kuat dalam menatap derasnya era digital yang semakin mengglobal. Karena agama tetap menjadi pegangan hidup.

29 January, 2018

#36 Di atas Langit Masih ada Langit


Diri ini hanya butiran pasir, di antara batuan cadas dan besar. Setelah mengikuti Workshop penulisan akhir tahun 2017 kemaren, karya teman-teman sangat luar biasa. Tak sebanding dengan diri ini. Akhirnya kita sadar, di atas langit ada langit. Tulisan saya selama ini tak ada apa-apanya. Hanya lah seujung kuku jika dibandingkan dengan tulisan peserta lain. Ada yang telah menelurkan berbagai buku. Ada yang telah mengirim 70-an opini hanya dalam jangka 2 tahun. Ada lagi penulis blog dengan 270 postingannya. Ada pula penulis aktif media online. Beuh... luar biasa.

Hikmahnya, semoga diri ini semakin termotivasi. Teman-teman adalah inspirasi. Semangat baru. Membuka jendela dan wawasan bahwa dunia ini tidak hanya di Kalimantan Selatan, tempat saya bekerja selama ini. Dengan menulis mereka jadi eksis. Selamat buat teman-teman peserta Workshop Menulis Opini yang diselenggarakan oleh Bagian Humas BPS. Saya bangga menjadi bagian dari mereka. Menulis untuk BPS kita tercinta. #MenulisAsyikBPS