28 September, 2012

#18 Ketika Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Kedua di Kampus

Di komunitas mahasiswa Universitas Indonesia (UI) bahasa Inggris begitu familiar. Buku referensi ajar mayoritas berbahasa Inggris. Pengggunaan kosa kata seperti spanduk, poster, majalah dinding dan pengumuman lain memakai bahasa Inggris. Beberapa kelas kuliah adalah kelas international dengan pengantar belajar menggunakan bahasa Inggris. Mahasiswa negara lain juga kuliah di sini. Paling banyak saya ketemu dengan mahasiswa asal Jepang. Pembicaraan mereka pasti memakai bahasa Inggris. Sebagian lain adalah bule Eropa, dan mahasiswa dari negara Asia Tenggara. Bahkan ada dosen bule. Entahlah apakah dosen tetap atau dosen tamu. Oya... yang memberikan general lecture atau kuliah umum juga banyak dari luar dan mereka makai bahasa Inggris. Kampus ini memang luar biasa. Saat ini sedang dalam proses akreditasi international. Sehingga tidak heran bagi kalau masuk UI, harus lulus tes bahasa Inggris. Saya berkesimpulan bahasa Inggris memang sangat penting. Menguasai bahasa Inggris sama artinya menjadi bagian dari kemajuan globalisasi. Mau tidak mau jika kita ingin maju dan berinteraksi dengan luar, maka bahasa Inggris mutlak diperlukan. Tentu kita tidak mau, seperti katak dalam tempurung. Artinya kalau tidak bisa berbahasa Inggris, maka kita akan kesulitan berinteraksi dengan dunia luar, yang nota bene menggunakan bahasa Inggris. Mengapa penting menguasai bahasa Inggris minimal bahasa Inggris pasif? Pertama, dalam lingkungan kampus banyak ilmu pengetahuan yang didapatkan dari text book yang berbahasa Inggris. Karena buku yang selevel belum ada dibuat oleh orang Indonesia atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Walaupun diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kadang bisa membingungkan maknanya, karena tidak semua frase dalam bahasa Inggris langsung bersesuaian arti dengan kosa kata bahasa Indonesia. Kedua, banyak beasiswa post graduate yang disediakan negara maju kepada mahasiswa Indonesia. Salah satu syaratnya adalah kemampuan penguasaan bahasa Inggris yang diukur dengan nilai tes TOEFL atau IELTS nya. Mahasiswa yang tidak terbiasa dengan bahasa Inggris tentu akan kesulitan memenuhi syarat ini. Namun sebaliknya mahasiswa yang sudah familiar dengan bahasa Inggris tentu akan lebih mudah memenuhi persyaratan yang satu ini.
Orang Indonesia menguasai bahasa Inggris bukan berarti mengenyampingkan bahasa Indonesia atau menomorduakan. Tidak sama sekali. Orang yang bisa bahasa Inggris akan menunjang penguasaan dia terhadap disiplin ilmunya, karena ilmu adalah universal dan global yang juga dipakai oleh orang di luar Indonesia. Sekali lagi penekanannya adalah jembatan untuk berinteraksi dengan luar adalah menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa keseharian, resmi, dan wajib dalam acara formal di Indonesia. Namun demikian bahasa Inggris sebaiknya bisa menjadi bahasa yang dikuasai selain bahasa Indonesia. Kita bisa mencontoh negara Malaysia, India, Jepang dan Hongkong yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi kedua. Mungkin sudah saatnya menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi kedua setidaknya di lingkungan kampus. Semoga.

17 September, 2012

#17 Bonus Demografi: Sebuah Awal Indonesia Menuju Negara Maju

Guru Besar Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, Ph. D dalam “Debat Masalah Kependudukan di Kalangan Generasi Muda” dalam rangka memperingati Hari Kependudukan Sedunia 2012 pada bulan Agustus lalu, mengatakan “Bonus demografi Indonesia yang bakal terjadi pada satu hingga tiga dekade mendatang bakal menjadi pintu malapetaka jika gagal mengelolanya. Sebaliknya, bakal jadi jendela peluang bila berkualitas dan dikelola dengan baik.“ Di kalangan ahli dan pemerhati kependudukan serta pengambil kebijakan yang terkait dengan penduduk, istilah Bonus Demografi menjadi sebuah wacana yang hangat diperbincangkan. Apa itu bonus demografi dan apa urgensinya untuk dibahas bagi negara kita? Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bonus demografi merupakan suatu istilah dalam ilmu kependudukan (demografi), baik ilmu demografi murni (pure demografi) maupun kajian kependudukan (population study). Sebelum menuju istilah bonus demografi, terdapat pengertian tentang angka ketergantungan (Dependency ratio) yang perlu dipahami. Angka ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan non produktif (di luar usia 15-64 tahun) dikalikan 100. Usia non produktif dimaksud adalah anak di bawah usia 15 tahun dan lansia di atas 64 tahun. Angka ketergantungan menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Sebagai gambaran, angka ketergantungan Indonesia tahun 2010 adalah sekitar 52. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 52 penduduk usia non produktif. Angka ketergantungan Indonesia terus menurun. Berdasarkan data BPS, tahun 1971 sebesar 86, tahun 2000 menjadi 54 dan 2010 sebesar 52. Ahli demografi memperkirakan dalam rentang 2020- 2030 angka ketergantungan berada pada titik terendah yaitu sebesar 44. Hal ini terjadi sebagai dampak terjadinya baby boom atau keadaan banyaknya kelahiran bayi secara membludak, kemudian secara tajam tingkat kelahiran menurun karena keberhasilan program KB sekitar tahun 1990. Inilah yang kemudian mereka-mereka yang pada lahir sebagai bagian dari baby boom akan masuk pada kelompok usia produktif secara bersamaan. Dalam sejarah penduduk suatu negara hal ini hanya terjadi satu kali. Setelah tahun 2030 angka ketergantungan akan kembali naik, karena mereka yang dulunya usia produktif secara perlahan menjadi lansia sebagai bagian dari kelompok usia non produktif. Bonus demografi menjadi dasar meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia. Pada rentang waktu 2010--2035, negara ini akan dipenuhi oleh usia produktif, jika mereka adalah orang yang berpendidikan, berketrampilan dan berpengetahuan, Indonesia dipastikan akan menjadi negara maju. Mereka yang produktif pada saat itu akan masuk menjadi bagian dari jumlah angkatan kerja yang sangat besar. Potensi angkatan kerja yang besar diharapkan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun jika sebagian besar mereka tidak produktif dengan kata lain adalah pengangguran, suka hura-hura, pekerjaan tidak jelas, dugem, mengkonsumsi narkoba dan perbuatan negatif lainnya, maka bonus demografi akan menjadi sebuah malapetaka sebagaimana yang diutarakan Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo di atas. Maka satu-satunya jalan yang harus diambil adalah menyiapkan mereka menjadi manusia pembangunan yang produktif dalam arti sesungguhnya. Pemerintah dan kita semua harus menyadari anak – anak dan generasi muda saat ini adalah mereka yang menjadi bagian dari demografi tersebut dan menjadi aset pelaku pembangunan. Berikan mereka motivasi untuk belajar, berikan pendidikan setingggi – tingginya, dan permudah bagi mereka untuk mencapai itu. Kelak mereka akan membawa kemaslahatan bagi bangsa ini. Karena ini adalah potensi lebih Indonesia dibanding negara – negara maju di dunia (kecuali Cina dan AS) yaitu banyak penduduk usia produktif.

14 September, 2012

#16 Pengendalian Penduduk Pasca SP2010

Berbicara penduduk Indonesia tidak terlepas dari jumlah penduduk yang besar dan sebaran yang tidak merata antar wilayah. Hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 (SP2010) mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Hasil sensus ini melebihi dari proyeksi sebesar 234,2 juta jiwa. Begitu pula terjadi peningkatan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) periode tahun 2000-2010 sebesar 1,49% dari 1,45% pada periode tahun 1990-2000. Padahal Kepala BPS Rusman Hermawan pernah mengatakan pada Desember 2009 dalam rangka persiapan SP2010, bahwa potensi pertumbuhan penduduk tiap tahun dilihat sejak 2000-2009 sebesar 1,34 persen. Dengan jumlah penduduk yang besar tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar ke empat dunia setelah cina, india, dan amerika serikat. Terkait dengan jumlah penduduk Presiden SBY pada saat pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-67 Proklamasi Kemerdekaan RI mengatakan: “Jumlah penduduk yang semakin besar ini, tentu membawa tantangan bagi kita untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,”. Jika laju pertumbuhan tidak dapat dikendalikan, dikhawatirkan terjadi berbagai masalah sosial terkait dengan penduduk yang besar. Oleh karena itu perlu diambil kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Presiden SBY menegaskan kebijakan pengendalian penduduk dalam lanjutan pidatonya. “Pemerintah berupaya menggalakkan kembali program Keluarga Berencana untuk menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera”. Pemerintah melalui BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) membuat rumusan kebijakan-kebijakan terkait kependudukan, salah satunya adalah Program Pengendalian Penduduk 2012 yang diperkuat dengan Undang-Undang RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pada Pasal 18 UU tersebut secara jelas tujuan pengendalian penduduk, yaitu “ Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya”. Sedangkan pada Pasal 20 disebutkan teknis pengendalian penduduk tersebut, “Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana.” Masalah kedua adalah sebaran penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, Pulau Jawa masih menjadi wilayah terpadat di Indonesia, yaitu lebih dari separuh (57,5%) jumlah penduduk Indonesia menetap di pulau tersebut padahal luasnya hanya 6,8 persen dari total wilayah indonesia. Sebaran penduduk yang tidak merata di berbagai pulau adalah salah satu titik kelemahan yang harus diharmonisasikan. Untuk mengimbangi perbedaan densitas penduduk di provinsi-provinsi yang sangat rendah populasinya dapat ditempuh Indonesia pernah menerapkan transmigrasi walaupun cukup tinggi kompleksitasnya. Cara lain adalah dengan membuat kebijakan keluarga berencana yang berbeda untuk provinsi padat “dua anak cukup” dan untuk provinsi renggang “boleh lebih dari dua.” Kebijakan ini tentu menuntut penciptaan daya dukung sosial ekonomi tersendiri. Permasalahan penduduk merupakan kendala besar jika tidak dapat diarahkan, dibina dan dikendalikan. Apabila pemerintah dapat melakukan hal tersebut dengan meningkatkan kualitas penduduk maka jumlah penduduk yang besar akan menjadi manfaat, bukan masalah. Peningkatan kualitas penduduk secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan penduduk. Hal ini sejalan dengan program KB yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala BKKBN, Sugiri: “Fakta di lapangan menunjukkan keluarga yang memiliki anak lebih dari dua cenderung berasal dari keluarga kurang sejahtera” . Langkah bijak kita saat ini adalah mendukung kebijakan pengendalian penduduk yang dilakukan bersama pemerintah, lembaga-lembaga, dan masyarakat.

12 September, 2012

#15 Penguatan Sektor Industri dan Penanganan Kemiskinan

Seorang guru besar di Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto memaparkan dalam sebuah sesi kuliah. Beliau mendapatkan hasil sebuah studi kemiskinan di Indonesia, bahwa keberhasilan Indonesia menurunkan angka kemiskinan, disebabkan utamanya oleh tiga hal, yaitu; pertama karena keberhasilan program KB, keberhasilan perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan ketiga adalah keinginan orang miskin untuk keluar dari kemiskinan. Poin pertama dan ketiga lebih mudah untuk dipahami. Program KB bertujuan menurunkan tingkat kelahiran (fertilitas), sehingga dengan turunnya fertilitas akan membuat laju pertumbuhan penduduk menurun, yang secara searah juga akan menurunkan penduduk miskin. Poin ketiga dijelaskan dengan adanya kesadaran diri yang mendorong mereka keluar dari kemiskinan, sehingga mereka akan berupaya dan berusaha ke arah kehidupan yang lebih baik, semisal bersekolah dan bekerja. Pada poin ke dua, keberhasilan perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian, diperlukan penjelasan yang mendalam. Jika hanya sekilas, maka akan muncul kesimpulan bahwa bekerja diluar sektor pertanian akan mampu keluar dari kemiskinan. Memang tidak sepenuhnya salah kesimpulan ini. Data BPS menunjukkan terjadi pergeseran struktur penduduk di atas 15 tahun yang bekerja. Pada tahun 2004 penduduk di atas 15 tahun yang bekerja di sektor pertanian sebesar 43,33 persen dan diluar sektor pertanian sebesar 56,67 persen. Di tahun 2011, hasil survei yang sama dilakukan BPS keaadaannya berubah, penduduk yang bekerja di sektor pertanian sudah turun menjadi 35,86 persen sebaliknya diluar sektor pertanian menjadi 64,14 persen. Jika secara faktual hasil studi benar demikian, pemerintah bisa mempertimbangkan implikasi studi ini dalam kebijakan program pengentasan kemiskinan. Namun demikian kita tidak secara mutlak meninggalkan sektor pertanian yang secara sejarah dan kultural telah ada dan secara aspek geografis mendukung usaha pertanian. Kita bisa melihat , negara Australia dengan usaha peternakan sapinya, Selandia Baru dengan usaha domba dan susu sapi, atau Amerika Serikat dengan gandum dan apel, dan negara Jepang dengan perikanan lautnya. Mereka termasuk negara maju, namun juga mengembangkan usaha pertanian yang justru sangat memperkuat struktur perekonomian negara. Negara Indonesia lebih hebat lagi, kekayaannya sangat beragam. Tidak hanya perikanan lautnya yang besar, peternakan sapi yang unggul, pertanian tanaman pangan beras, dan apel saja, namun lebih itu. Indonesia punya luasan tanaman karet dan sawit yang masuk tiga besar dunia. Namun dengan kondisi seperti itu, mengapa Indonesia belum sejajar sebagai negara maju? Jawabnya sederhana, PDB perkapita kita masih rendah dan angka kemiskinan masih tinggi jika dibandingkan dengan negara tersebut. Mengapa bisa demikian? Apa yang membedakan pertanian kita dengan negara maju? Dan apa yang harus kita lakukan? Kuncinya ada penguatan sektor industri dan sektor lain yang mendukung sektor pertanian. Sederhananya adalah semua hasil pertanian sedapat mungkin tidak dijual/diekspor dalam bentuk mentah. Diperlukan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas, dan sektor industri yang mengolah bahan mentah pertanian menjadi bukan hanya bahan setengah jadi, namun menjadi bahan jadi. Kita ambil contoh, karet saat ini di ekspor dalam bentuk setengah jadi. Kedepannya, tidak lagi demikian, harus ada sektor industri yang siap mengolah karet setengah jadi menjadi sebuah barang akhir misalnya mainan anak-anak. Dengan demikian akan tercipta kesempatan lapangan kerja baru di luar pertanian. Penjelasan ini relevan dengan poin dua di atas bahwa keberhasilan perluasan kesempatan kerja di luar sektor pertanian dapat menurunkan angka kemiskinan. Kita sudah pada jalur yang benar, namun masih lambat, sehingga perlu akselerasi – akselerasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mendukung penguatan sektor industri, terlebih lagi negara kita sudah 67 tahun merdeka. Inilah yang menjadi alasan, pemerintah terus berupaya menurunkan angka kemiskinan yang secara multiplier effect akan meningkatkan PDB perkapita Indonesia.

12 April, 2012

#14 Andaikan Batulicin itu Seperti Balikpapan

Seandainya Batulicin itu seperti Balikpapan. Sebuah perandaian dari sebuah pengamatan penulis yang pernah berkunjung ke Balikpapan dan sekarang tinggal di Batulicin. Kenapa Batulicin harus diandaikan sama seperti Balikpapan, bukan dengan kota yang lain. Alasannya pada tulisan berikut ini.

Kita lihat dulu Balikpapan. Balikpapan adalah salah satu kota yang berstatus daerah otonom tingkat II di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Luas wilayahnya mencapai 503,3 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 557.559 jiwa berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010. Balikpapan berada di pesisir timur pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan selat Makassar, dan memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan laut. Selain pelabuhan laut, Balikpapan mempunyai bandara Internasional yaitu bandar udara Sepinggan yang melayani penerbangan ke luar negeri, salah satunya ke Jeddah Arab Saudi.

Kota Balikpapan dikenal sebagai penghasil minyak mentah terbesar di Indonesia. Pengeboran minyak tersebut terletak di laut lepas pantai wilayah Balikpapan. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah inilah menjadi magnet kuat pendatang ke Balikpapan, bahkan hingga saat ini meskipun tidak se-dahsyat tahun 1980-an pada saat eksploitasi minyak berskala besar dilakukan. Selain mengandalkan sektor pertambangan khususnya minyak dan gas sebagai penggerak roda ekonomi, sektor perdagangan dan sektor jasa juga dominan.

Sekitar tahun 1636 M daerah Balikpapan dan Balikpapan seberang (Penajam) sekarang adalah bagian dari wilayah kesultanan Kutai. Suku Kutai dan Paser bisa dikatakan menjadi penduduk asli Balikpapan. Kemudian banyak pendatang yang berasal dari berbagai suku dan daerah di Indonesia. Suku Jawa, banjar dan Bugis serta China menjadi penduduk yang cukup dominan di Balikpapan.

Balikpapan dewasa ini sudah dapat disejajarkan dengan kota - kota besar di Indonesia jika ukurannya adalah kemajuan pembangunan infrastruktur dan ketersediaan fasilitas perkotaan. Setidaknya untuk ukuran kota-kota di Kalimantan, Balikpapan berada di urutan terdepan. Sebagai kota besar, di Balikpapan selain terdapat bandara internasional dan pelabuhan laut Semayang dengan volume bongkar muat yang besar, juga terdapat kantor pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan seperti Polda Kaltim, KODAM, dll.

Sedangkan Batulicin saat ini adalah sebuah kecamatan di antara 9 (sembilan) kecamatan lain di kabupaten Tanah Bumbu, sekaligus menjadi ibukota kabupaten Tanah Bumbu. Namun sebelum tahun 2005, Batulicin adalah wilayah yang terdiri 4 (empat) wilayah kecamatan Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe dan Batulicin sendiri. Di luar Kabupaten Tanah Bumbu orang menyebut Kota Batulicin sebagai suatu wilayah yang meliputi kecamatan Batulicin sendiri dan Kecamatan Simpang Empat. Sehingga dalam tulisan ini penulis sepakat penyebutan kota Batulicin adalah sebutan untuk penggabungan kecamatan Simpang Empat sebagai pusat perekonomian dan Batulicin sebagai pusat pemerintahan.

Balikpapan dan Batulicin sama - sama berada di pesisir pulau Kalimantan. Jika Balikpapan mempunyai pelabuhan Semayang, maka Batulicin mempunyai pelabuhan Samudera Batulicin. Jika Balikpapan mempunyai pelabuhan penyeberangan ferry teluk Balikpapan - Penajam, maka Batulicin mempunyai pelabuhan ferry penyeberangan Batulicin - Tanjung Serdang. Jika Balikpapan mempunyai bandara Sepinggan, maka Batulicin mempunyai bandara Bersujud. Jika Balikpapan ditopang sektor pertambangan minyak dan gas, maka Batulicin ditopang sektor pertambangan batubara dan bijih besi.
Dari segi komposisi masyarakatnya, baik Balikpapan maupun Batulicin mayoritas penduduknya adalah orang Jawa, Banjar dan Bugis. Sehingga sosial budaya dan adat istiadat masing - masing suku tidaklah terlalu jauh berbeda antara di Balikpapan dengan di Batulicin.

Dari persamaan itu ternyata ada pula bedanya. Bedanya adalah pelabuhan dan bandara di Batulicin tidak sebesar dan seramai di Balikpapan. Bongkar muat barang tidak sebesar di Balikpapan. Infrastruktur jalan di Batulicin juga belum sebaik di Balikpapan. Fasilitas rumah sakit belum selengkap rumah sakit di Balikpapan. Pusat perbelanjaan dan terminal belum setertib di Balikpapan. Tata kota Batulicin masih belum tertata rapi seperti halnya Balikpapan, sehingga wajar Balikpapan adalah langganan penerima penghargaan adipura.

Jika kita melihat ke depan ada beberapa persamaan potensi antara keduanya. Balikpapan dahulunya sebelum menjadi sekarang, ada kemungkinan keadaannya mirip dengan Batulicin sekarang. Coba kita perhatikan, secara letak geografis, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia Balikpapan dan Batulicin sangat mirip. Sehingga sangat mungkin Batulicin mampun menjadi kota yang maju, mapan, mandiri di masa mendatang bahkan melebihi Balikpapan. Syaratnya adalah adanya dukungan kuat dari pemerintah kabupaten Tanah Bumbu melalui regulasi yang konstruktif dan kerja keras masyarakat melalui partisipasi swasta untuk mendayagunakan semua sumberdaya secara optimal, efektif dan efisien.

Semoga tulisan ini dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk membuat bukan hanya akselerasi, tapi quantum berupa lompatan – lompatan pembangunan yang strategis di Kabupaten Tanah Bumbu yang kita cintai melalui momentum Hari jadi Kabupaten Tanah Bumbu yang ke – 9 ini, Tanggal 8 April 2012, menjadikan kabupaten Tanah Bumbu yang lebih maju dan sejahtera.

20 March, 2012

#13 Mengungkap Eksotika Wisata Tanah Bumbu - Kota Baru

Saya bukanlah seorang warga asli Tanah Bumbu. Namun berawal dari hobi saya berpetualang atau yang lebih tepatnya pecinta pesona alam, membawa saya untuk menjelajah setiap wahana objek wisata alam Tanah Bumbu. Bahkan tidak hanya Tanah Bumbu, tapi juga kotabaru.

Mungkin tidak banyak orang yang mengenal semua eksotika alam kedua kabupaten ini. Kedua kabupaten mempunyai ikatan historis yang kuat, karena Kabupaten Tanah Bumbu adalah kabupaten pemekaran dari kabupaten kotabaru sejak tahun 2003. Rasanya terlalu naif untuk melupakan kedua daerah ini dalam peta pariwisata Kalimantan Selatan. Tidak usah pada level nasional, dalam konteks pariwisata Kalimantan Selatan saja, warga Kalimantan Selatan khususnya banyak yang tidak mengenal. Banyak penyebabnya. Pertama, Letak dua daerah ini memang berada di ujung provinsi Kalimantan Selatan. Jika wisatawan lokal dari Kalimantan Selatan yang berasal Banjarmasin dan sekitarnya akan berpikir dua atau tiga kali menuju Tanah Bumbu dan Kota Baru. Jika hanya sekedar melihat pantai saja, masyarakat Banjarmasin cukup datang ke pantai Batakan yang jaraknya relatif dekat, sekitar 85 km dari Banjarmasin. Bandingkan jika menuju Batulicin, ibukota Kabupaten Tanah Bumbu yang berjarak 270 km dari Banjarmasin dan Kota Baru Pulau Laut yang mencapai 320 km.

Faktor promosi menjadi alasan kedua, yang membuat pariwisata Tanah Bumbu dan Kotabaru belum terdengar. Pemerintah daerah masing – masing kedua kabupaten ini juga belum maksimal mengelola objek wisata dan pada beberapa objek wisata terkesan berkembang secara natural, kalau tidak ingin dikatakan dibiarkan seadanya. Padahal potensinya lebih dari cukup. Yang paling dikenal masyarakat luas dari kabupaten Tanah Bumbu masih sebatas pantai Pagatan dengan even pesta pantainya sekali dalam setahun. Sedangkan Kota Baru dengan siring lautnya yang diisi dengan kegiatan hiburan pada even – even penting semisal tahun baru dan pantai gedambaan dengan cottage-nya dan kolam pemancingan.

Jika dibandingkan dengan seluruh potensi yang ada, tentulah tidak sebanding. Coba tengok dengan objek lainnya di kabupaten Kota Baru, masih terdengar samar – samar ditelinga khalayak seperti terumbu karang yang mempesona ada di teluk Tamiang kecamatan Pulau Laut Barat, air terjun Tumpang Dua yang berlokasi di desa Sebelimbingan Kecamatan Pulau Laut Utara, wisata alam air panas di desa Sigam, prosesi utarna Macceratasi di pantai sarang tiung, pemandangan di Pulau Manti dengan pasir pantai putih yang berada di antara Pulau Laut dan Pulau Sebuku, Batu Jodoh terletak di pantai Aru kecamatan Pulau Laut Selatan, air terjun Seratak di desa Seratak, Pulau Samar Gelap tempat habitat penyu bertelur, Goa Temuluang mendapat julukan goa paling mahal karena terdapat sarang burung wallet dengan air liurnya yang bernilai tinggi.

Di Tanah Bumbu sendiri terdapat beberapa objek wisata selain Pantai Pagatan yang lebih dikenal, seperti pantai Rindu Alam di kecamatan Sungai Loban, pantai Bunati dan pantai Angsana dengan pesonanya yang khas di kecamatan Angsana, pantai Sungai Cuka di kecamatan Satui, eksotika diving melihat terumbu karang Bunati berlokasi di desa Bunati kecamatan Angsana, pesona pegunungan Meratus di kecamatan Mantewe dan Kusan Hulu, spot pemancingan ikan di selat laut dan laut Jawa, dan lain sebagainya.

Sektor pariwisata bagi pemerintah kabupaten Tanah Bumbu maupun Kotabaru bisa jadi bukan menjadi andalan bagi pemasukan kas daerah, karena jumlahnya jauh sekali di bawah sektor pertambangan, yang memang menjadi andalan kedua daerah ini. Namun jika kita mau berpikir arif terhadap dampak di kemudian hari, tentunya tidak hanya mengandalkan sektor pertambangan saja yang diakui secara jamak justru merusak alam. Berbanding terbalik dengan sektor pariwisata yang menjaga keseimbangan alam. Pemerintah, masyarakat dan pihak swasta yang mempunyai perhatian terhadap kelangsungan pariwisata alam mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk menjaga alam agar tetap seimbang, hijau dan mempesona bagi setiap orang yang menikmatinya. Semoga.

09 March, 2012

#12 Shodaqoh Itu Memang Ajaib Lho.....

Teman, jangan pernah menolak deh kalo ada orang yang meminta – minta kepada kita dan juga tak boleh menghardik mereka. Islam memang tidak mengajarkan orang agar menjadi peminta – minta. Tapi Islam juga mengajarkan agar peduli dengan orang sekitar kita. Tidaklah pantas bagi kita bersenang – senang sedangkan tetangga atau orang di sekitar kita dalam keadaan menderita. Islam juga sudah mengajarkan bahwa tangan di atas atau orang yang memberi lebih baik daripada tangan di bawah atau orang yang meminta. Tidak boleh pula kita lantas menghardik peminta – minta hanya karena baju mereka yang lusuh, suara rintihan mereka yang mengganggu telinga, dan segala bentuk kondisi mereka yang membuat kita terganggu.

Teman, ingatlah bahwa mereka adalah makhluk ALLAH juga. Hina di mata manusia hanya berbentuk zahir. Namun sebagai ciptaan ALLAH, di hadapan ALLAH adalah sama. Dengan bahasa analognya adalah bahwa, peminta – minta, tukang becak, tukang sampah, pedagang, pegawai, posisinya sama di hadapan ALLAH yang maha Pencipta. Apalagi pejabat, menteri, sampai presiden sama saja. Yang membedakan di antara mereka adalah amal yang diperbuat selama di dunia. Jika kita diberikah kelebihan rejeki dari ALLAH alangkah baiknya kita berbagi sesama.

Salah satu bentuk berbagi itu adalah dengan shodaqoh. Shodaqoh itu memang ajaib lho teman. Jangan pernah ragu deh untuk bershodaqoh. Orang yang bershodaqoh secara zahir berkurang harta yang ia pegang di dunia. Namun hakikatnya ia telah menabung untuk akhiratnya. Bahkan janji Allah orang yang bersyukur atas nikmat dari ALLAH, yang salah satu bentuknya dengan bershodaqoh akan diberi oleh ALLAH kenikmatan yang berlipat, bahkan sampai 7 kali lipat. Namun sebaliknya jika ingkar nikmat dan tidak bersyukur akan diberikan ALLAH peringatan dalam bentuk yang tidak pernah kita duga.
Tentang shodaqoh, saya teringat dengan sebuah pengalaman. Suatu waktu saya bersilaturahim ke rumah keluarga yang memang dapat dikategorikan jauh dari hal yang berada. Rumahnya kos, dari kayu yang hampir lapuk, ukurannya lebih kurang 2 x 3, dihuni oleh 4 orang. Keadaannya memang memprihatinkan. Saya berniat ingin memberinya uang. Saat itu saya membawa uang kurang dari 100 ribu. Padahal saat itu saya berencana membeli sesuatu yang penting. Melihat keadaan mereka saya berubah pikiran dan berniat menyerahkan uang 50 ribu. Tidak mengapa lah. Mereka lebih membutuhkan saya pikir. Akhirnya saya menyerahkan uang tersebut.

Saat perjalanan pulang saya dapat telpon dari seorang teman untuk bertemu di suatu tempat. Di sinilah letak Keajaiban itu. Saya mengatakan ini memang keajaiban, karena tidak pernah terduga. Setelah bertemu, dia ternyata menyerahkan uang sekitar Rp200.000,- plus sebuah benda. Yang jika diuangkan semuanya mungkin hampir Rp.350.000,-. Coba perhatikan jika ini memang balasan dari ALLAH, berarti benar firman ALLAH itu bahwa ganjaran orang bershodaqoh itu 7 kali lipat.

Oleh karena itu jangan pernah menghinakan peminta – minta. Jangan pernah ragu untuk bershodaqoh kepada mereka, yang memang mereka termasuk dalam fakir miskin. Tanpa kita sadari bahwa mereka adalah ladang amal. Kelak amalan bershodaqoh ini menambah timbangan amal baik kita di saat yaumil hisab nanti. Bukan kah seorang hamba ALLAH yang termasuk dalam golongan aghniya itu akan diminta pertanggung jawaban kemana harta nya selama didunia dibelanjakan? Ingat kawan, ternyata harta saat di dunia hanyalah titipan belaka. Tak bisa sedikitpun akan dibawa ke alam kubur. Yang menjadikan ia abadi jika harta itu dibelanjakan untuk kebaikan seperti halnya shodaqoh. Harta yang dishodaqohkan itulah harta yang sejati. Shodaqoh memang ajaib. Wallahhu’alam bishshowab.

07 March, 2012

#11 Touring 820 Km Melewati Meratus

Luar biasa... Ini lah kali pertama saya melihat dan menikmati langsung pemandangan salah satu bagian dari pegunungan meratus. Setelah sekian lama hanya mendengar dari orang – orang dan membaca dari tulisan - tulisan tentang pegunungan Meratus.
Meratus, sebuah barisan pegunungan yang membentang dari selatan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan hingga ke utara perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Luasnya diperkirakan meliputi sejuta hektar. Indah dan menakjubkan. Suasananya teduh dan dingin meski hari itu sudah mulai siang sekitar jam 11. Saya tidak pernah berfikir mempunyai kesempatan untuk melakukan perjalanan panjang dan melelahkan ini. Pegunungan Meratus hanyalah sebagian tempat yang kami lewati dari sekian ratus kilometer.

Oktober 2009, saya beserta istri dan Azmi, anak laki – laki kami yang pada saat itu belum genap berusia setahun melakukan touring dengan rute awal Batulicin – Paringin yang diperkirakan berjarak sekitar 300 km. Kami terpaksa melakukan itu untuk menghemat waktu agar istri sempat mendaftar penerimaan CPNS di Kabupaten Balangan. Jika lewat Banjarmasin memakan waktu setidaknya dua hari. Perjalanan ini terasa nikmat karena melewati berbagai pemandangan alam yang menakjubkan. Juga terasa menegangkan karena kami hanya menggunakan sepeda motor Mega Pro dengan melewati berbagai rintangan, jalan tambang yang licin, berbatu dan berlumpur, jalan berlubang dan jalan gunung yang menanjak gunung, jalan berkelok – kelok dengan sisi – sisinya adalah jurang yang dalam, dan jalan samping gunung yang tanahnya amblas. Alhamdulillah kami mampu melaluinya.

Berangkat dari rumah di Batulicin jam 7 pagi dan sampai di Paringin tepat ketika adzan ashar berkumandang. Dalam perjalanan kami lima kali singgah. Pertama Di kilometer 70 ruas jalan Batulicin – Lumpangi desa Hatalau Meratus Raya Kabupaten Tanah Bumbu, yang kedua di poskamling desa Peramasan Kabupaten Banjar, kemudian di musholla Padang Batung Kabupaten Tapin, rumah makan di Kandangan Kabupaten HSS, dan terakhir sholat zuhur di mesjid di Batu Mandi kabupaten Balangan sebelum akhirnya sampai di penginapan Paringin.

Hanya satu malam kami di Paringin. Besok pagi setelah mendaftar di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan, kami bersiap – siap pulang. Pulang dari Balangan kami lantas tidak melewati jalan di pegunungan Meratus lagi, karena terlalu beresiko berangkat siang seperti ini. Ada kekhawatiran keamanan pada saat lewat di sana malam hari dan tanah yang amblas menjadi pertimbangan untuk tidak melalui pegunungan Meratus lagi. Akhirnya kami menuju Banjarmasin sekalian pulang ke rumah di Banjarmasin yang berjarak sekitar 220 dari Paringin. Sehari kami bermalam di Banjarmasin, besoknya kami melanjutkan perjalanan ke Batulicin. Jarak Banjarmasin ke Batulicin tepatnya di rumah kami di sekitar 300 km. Dalam perjalanan selama 3 hari setidaknya kami telah menempuh lebih dari 820 km. Sebuah pengalaman yang luar biasa, touring bersama istri dan anak tercinta.

23 February, 2012

#10 Keseimbangan Alam yang Terganggu

“Panas sekali hari ini, gerah rasanya”, “Aduh hujan terus, bisa – bisa jemuran dirumah tidak kering”. Ya seperti itulah gerutu sebagian dari kita yang sering kita dengar. Musim kemarau kita menggurutu kepanasan, dan maunya minta hujan. Di saat musim hujan kita meminta supaya matahari muncul bersinar terang, agar bisa beraktifitas.

Bukankah sikap yang arif itu adalah bersyukur, tanpa harus menggerutu, tanpa harus memprotes takdir Allah dan tanpa harus mengomel kesana kemari. Terimalah apa adanya, karena sesungguhnya hujan dan panas adalah karunia Allah dan perputaran waktu saja, sebagaimana Allah juga menciptakan siang dan malam. Semua itu adalah sunnatullah. Sunnatullah adalah keseimbangan alam. Namun tatkala sunnatullah itu diganggu oleh kejahilan tangan manusia maka yang terjadi adalah ketidak seimbangan alam. Contoh sederhana adalah penebangan hutan secara anarkis. Penebangan hutan secara membrutal adalah kejahilan manusia yang merusak sunnatullah, karena hutan berfungsi untuk keberlangsungan alam itu sendiri. Jika rusak maka alam pun akan tidak seimbang, yang timbul salah satunya adalah banjir.

Kita sering mendengar berita banjir terjadi merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Seakan sudah menjadi hal biasa. Tidak aneh lagi. Beberapa daerah menjadi langganan banjir seperti misalnya kota Jakarta dan sekitarnya. Beberapa daerah di pulau Jawa juga mengalami hal serupa. Penyebabnya menurut para ahli mengatakan telah terjadi penurunan luasan daerah resapan air.

Sepuluh dua puluh tahun silam, sangat jarang terdengar di wilayah Kalimantan banjir pada musim penghujan, bahkan dikatakan wilayah ini aman dari banjir karena masih luasnya lahan hutan yang dapat menyerap air hujan dan sungai – sungai besar yang dapat menampung air hujan. Itu kondisi masa lalu. Sekarang faktanya sudah berubah. Hutan dibabat untuk diambil kayunya tanpa perhitungan. Hutan dihancurkan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit secara masal, padahal jelas akar serabut kelapa sawit dinyatakan tidak optimal menyerap air. Hutan dirusak secara sengaja baik ilegal maupun legal dengan label ijin KP atau PKP2B untuk dikeruk batubara yang ada di perut bumi.

Itulah faktanya sekarang. Jika kita tidak bijak mengelola alam maka keseimbangan alam akan terganggu. Benarlah firman ALLAH dalam AL-Qur’an : “telah nampak kerusakan di muka bumi akibat perbuatan manusia itu sendiri”. Wallahu’alam bishshowab.

22 February, 2012

#9 That is Amazing

Untuk kesekian kalinya saya ditugaskan untuk ikut sebuah pelatihan di Banjarmasin. Rencananya pagi – pagi sekali besok hari jumat, saya ikut menumpang angkutan colt (orang di daerahku menyebutnya taksi balarut dalam bahasa banjar) dari Batulicin menuju Banjarmasin, dengan harapan sebelum waktu sholat jum’at dimulai saya sudah sampai di rumah Banjarmasin. Sehabis sholat subuh dan sarapan dari tempat kos saya berangkat menuju tempat ngetem taksi dengan di antar tukang ojek. Jalanan masih sepi memang. Belum ada penumpang yang lain.

Karena batas waktu ngetem taksi di dalam kota ini hanya sampai jam 7.30, jadi meskipun belum penuh, taksi mau tidak mau harus berangkat. Akhirnya taksi berangkat meskipun awalnya dengan agak pelan, karena sang supir masih berharap ada penumpang lagi bertambah. Taksi memang terus berlaju, namun Sampai di daerah Sebamban, supir menghentikan taksinya. Katanya menunggu penumpang yang sudah membuat janji. Ditunggu lebih dari setengah jam, tidak juga muncul. Wah kalau sudah begini, jangan – jangan bisa tidak sampai Banjarmasin sebelum sholat jumat.

Akhirnya kekhawatiranku terbukti. Jam sudah menunjukkan pukul 12.15. ini artinya tinggal beberapa menit lagi adzan jumat segera berkumandang. Taksi melaju kencang bergerak melewati kota pelaihari. Dalam pikiranku saya harus bayar taksi lagi sekali jika saya haris turun sebelum sampai Banjarmasin. Yah saya nekad aja, saya harus turun dari taksi meski belum sampai ke Banjarmasin agar bisa sholat jum’at. Saya pikir sholat jumat lebih penting dari pada harus sampai Banjarmasin namun meninggalkan sholat jum’at, paling tinggi nanti bayar Rp 10.000. Tidak apalah, ALLAH maha tahu apa yang terjadi pada hamba-Nya.

Tepat di saat khatib sedang khutbah saya minta turun ke pada supir di sekitar bundaran pal 20 yang kebetulan ada masjid di pinggir jalan A. Yani. Saya pun bergegas untuk berwudhu dan memasuki masjid. Selesai sholat jumat saya masih sempat makan pentol di depan masjid, makanan kesukaan saya sejak kecil. Hitung – hitung untuk mengganjal perut. He he...

Saya berdiri di seberang masjid pinggir jalan A. Yani untuk mencegat taksi Banjarbaru atau Martapura yang menuju Banjarmasin. Taksi pertama lewat saja, karena penumpang penuh. Lama juga menunggu, mungkin karena pas habis jum’atan. Setelah lama sekitar 30 menit, keajaiban itu datang, nampak dari kejauhan sepertinya saya mengenal sebuah mobil kijang berjalan mendekatiku. Mobil kijang itu adalah mobil dinas BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Ya tidak salah lagi. Kebetulan sekali yang membawa mobil itu adalah teman saya kuliah. Teman saya dalam mobil itu melihat ke arah saya dan perlahan diapun berhenti. Saya langsung naik dan menumpang dia menuju Banjarmasin. Dia habis mengantar tamu dari Jakarta ke Bandara Syamsudinnoor.

Alhamdulillah, saya bersyukur kepada atas pertolongan ini. Tak perlu lagi saya mengeluarkan uang untuk bayar angkot lagi. Itulah keajabaikan yang diperlihat ALLAH pada hambanya. Yakinlah Berbuat kebaikan, beribadah kepada ALLAH, pasti ada ganjarannya. Percayalah. Jangan pernah ragu untuk beribadah dan berbuat baik.

#8 Blackberry dan Gaya Hidup

Bebe (bukan bau badan tentunya) adalah istilah populer untuk menyebut gadget Blackberry. Bb, bukan sekedar handphone biasa, ia termasuk dalam jenis smartphone. Di dalamnya pemilik diberi pilihan untuk menikmati layanan yang bernama bb massenger sebuah layanan chatting seperti halnya ym, gtalk atau sejenisnya. Bebe semakin mendunia ketika Barrack Obama dikabarkan berkampanye untuk meraih dukungan masyarakat Amerika Serikat menjadi presiden menggunakan gadget mewah ini.

Seiring waktu, sekitar tahun 2008 dunia termasuk indonesia, yang terkenal dengan gaya hidup nya juga demam bebe. Bebe memang relatif mahal, setidaknya dibandingkan jenis smartphone lainnya semacam Nokia E63, E71 dan lain - lain. Tapi sekali lagi bb tetap laris manis. Seperti halnya sebuah trend gaya hidup, bb seakan menjelma sebagai sebuah simbol kemapanan. Maka tidak sedikit orang membeli bb untuk sekedar gaya dan menunjukkan aktualisasi diri dalam sebuah komunitas. Sebagian mungkin masih relevan alasan mempunyai bb untuk menunjang kelancaran bisnis, usaha, dan pekerjaan dengan mengoptimalkan layanan bbm.

Saya, Alhamdulillah hingga saat ini belum memiliki bb. Kalau sekedar keinginan untuk mempunyai ya ada lah keinginan untuk membeli. Tapi belum pernah terealisasi. Selain memepertimbangkan aspek finansial, juga mempertimbangkan dari segi manfaat. Saya belum benar – benar membutuhkannya setidaknya hingga saat ini.

Tidak hanya satu, dua atau tiga orang teman yang bertanya berapa pin BB saya. Saya katakan dengan jujur kalau saya tidak punya bb. Seakan tak percaya kalau saya tidak memiliki bb. Sedemikian penting kah bb untuk dimiliki saat ini? Jawabannya pasti relatif. Masing – masing orangnya tentu pendapat yang berbeda. Mereka punya reason untuk mendukung keputusan yang mereka ambil.

Dalam keseharian dunia kerja, saya memang didekatkan pada dunia teknologi semacam gadget yang memang diperlukan dalam menunjang pekerjaan saya. Tidak harus punya menurut saya. Tahu mengerti dan faham teknologi itu dan mengikuti perkembangannya sudah cukup bagi saya. Karena pada posisi pada pekerjaan saya saat ini kita tidak boleh gaptek, sebagaimana pesan seorang Kepala Bidang kepada saya.

21 February, 2012

#7 Dosen, Sebuah Peran Baru

“Sebelum kita memulai perkuliahan hari ini, marilah kita berdo’a lebih dahulu. Bedo’a silahkan”. Kalimat itulah terucap setiap kali saya memulai perkuliahan di sebuah sekolah tinggi di kabupaten Tanah Bumbu. Jika semua mahasiswa sudah berdo’a, barulah perkuliahan dimulai.

Tak pernah menyangka kalau saya menjadi pengajar atau lebih tepatnya dosen. Walaupun hanya dosen bantu atau tidak tetap. dulunya memang pernah terbesit keinginan untuk menjadi dosen. Tapi cara menjadi dosen itu tidak pernah terbayang.

Ketua sekolah tinggi tersebut datang ke kantor saya untuk meminta seorang pengajar mata kuliah statistik. Kebetulan saya adalah lulusan sekolah tinggi ilmu statistik. Di kantor bukan hanya saya yang lulusan statistik, masih ada 7 orang yang lain. Namun kebanyakan mereka menolak dengan berbagai alasan. Akhirnya saya bersedia menjadi pengajar walaupun awalnya saya agak malas – malasan menerimanya, karena jika menjadi pengajar statistik otomatis saya harus membuka – buka buku statistik dan mempelajarinya kembali sehingga tidak bisa otomatis langsung bisa, karena sudah 6 tahun saya meninggalkan kampus statistik. Untungnya setelah baca silabus mata kuliah biostatistik, materi kuliah yang dibebankan masih tergolong dasar, jadi tidak perlu untuk membaca kitab –kitab statistik yang tebalnya bisa mencapai 500 halaman. Cukup buku statistik dasar saja.

Menjadi dosen terkesan agak aneh. Saya hanya lulusan diploma IV, yang menurut hirarki sedikit di bawah sarjana (S1). Padahal yang di ajar adalah program studi S1 Ilmu keperawatan. Seharusnya S1 minimal diajar oleh S2 dan S2 minimal di ajar oleh S3. Sehingga saya agak canggung dalam sebuah rapat dosen saya diperkenalkan sebagai dosen baru di antara dosen – dosen yang lain dengan menyebut titel. Yang lain bertitel S.S T. A.pt, dr, DR, S.Kep.Nr, dan ME. Hanya beberapa orang saja yang bertitel S.ST ilmu keperawatan dan kebidanan. Lucu kelihatannya memang. Kampus ini memang baru, jadi ini tidak begitu menjadi masalah.

Sudah setahun ini menjadi dosen. Senang dan sangat menikmati peran tambahan ini. Selain bisa mengingatkan kembali pelajaran statistik yang sudah 6 tahun hampir terlupakan, juga bisa menambah kolega di kabupaten ini, kenal dengan banyak mahasiswa – mahasiswi dengan beragam latar belakang. Seperti umumnya tradisi orang kalimantan, seorang guru begitu dihormati disini. Meskipun saya bukan orang yang gila hormat. Bahkan kadang saya tidak mau tangan saya dicium ketika saya bersalaman dengan mereka.

Pada saat pertemuan terakhir satu mata kuliah di setiap semester saya berujar “saya bukanlah orang yang pintar. Kita sama – sama belajar, hanya kebetulan saya mempelajari ilmu ini lebih dahulu. Semoga apa – apa yang baik yang kita dapat selama perkuliahan dapat bermanfaat bagi kita semua, dapat membantu dalam menyusun tugas akhir maupun diaplikasikan pada dunia kerja nantinya.”