Oleh: Abdurrahman
Seperti sebuah kebiasaan di dalam bulan Ramadan.
Kebiasaan baik-baik yang
dilakukan banyak orang. Orang-orang semakin rajin beribadah. Tingkat kesabaran semakin tinggi.
Jamaah langgar juga meningkat. Tingkat kriminal berkurang. Infaq dan sedekah
meningkat jumlahnya. Umat berlomba-lomba dalam kebaikan. Bahkan di
beberapa daerah tempat hiburan malam (THM) saja dihentikan kegiatannya. Betul memang ini yang
diharapkan saat berada di bulan Ramadan.
Ramadan ini ibarat madrasah
(sekolah). Kita menjadi santri di dalamnya. Kita belajar menjadi pribadi yang
lebih baik. Tujuannya jelas agar mencapai derajat orang yang bertaqwa sebagaimana
yang termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kalian agar kamu menjadi orang yang bertakwa”.
Seperti sebuah kebiasaan lagi.
Tidak semua santri di Madrasah Ramadan lulus dengan meyakinkan. Mereka yang
teguh dengan iman dan Islamnya sajalah yang dinyatakan meraih ijazah Fitri.
Sisanya kembali lagi ke jalan asalnya. Si penyuka dunia gemerlap (dugem) kembali ke habitatnya, karena THM
aktif kembali. Wanita penjaja diri kembali membuka layanannya. Minuman keras
kembali diperjualbelikan. Dan pecinta korupsi kembali melakukan aksinya.
Ah, andai kata Ramadan itu sepanjang tahun, indah sekali dunia ini.
Angka kemaksiatan akan rendah, atau bahkan mendekati nol. Karena si penggoda
manusia telah dibelenggu. Orang-orang sibuk beribadah untuk mencari keridhoan
Allah. Ganjaran pahala pelakunya dilipatgandakan. Nafsu syahwat tereduksi,
karena efek dari puasa yang dijalankan. Pintu ampunan selalu terbuka lebar. Ah, tapi itu hanya fiksi.
Eit, jangan buru-buru menyebut fiksi. Faktanya Ramadan memang hanya
1 (satu) bulan. Tapi jika mau menjadikan 11 bulan lainnya sebagai “Ramadan”,
itu bukan fiksi. Caranya, jadikan akhlak selama Ramadan untuk diterapkan pada
11 bulan lainnya. Maka Ramadan akan ada sepanjang tahun. Jika di bulan Ramadan
rutin melaksanakan tilawah, maka teruskan di bulan lainnya. Jika di bulan Ramadan
mampu menahan pandangan dari yang haram, maka lanjutkan. Jika di bulan Ramadan mampu
tidak menggunjing teman kantormu, maka terapkan di bulan lainnya. Jika di bulan
Ramadan engkau tidak korupsi uang negara, maka pertahankan. Tapi ingat! jangan
meneruskan sholat tarawih di bulan lain, karena tarawih hanya di bulan aslinya
saja.
Ramadan sejatinya bukan ritual
semata. Ramadan bukan soal perputaran waktu. Bulan yang datang setahun sekali.
Terlalu banyak makna dan hikmah kebaikan di dalamnya. Andaikan manusia
mengetahui semua kemuliaan di dalamnya, bukan tidak mungkin mereka akan terus
berharap bertemu dengan Ramadan.
(Banjarbaru, 13 Ramadan 1440)
No comments:
Post a Comment