22 February, 2012

#8 Blackberry dan Gaya Hidup

Bebe (bukan bau badan tentunya) adalah istilah populer untuk menyebut gadget Blackberry. Bb, bukan sekedar handphone biasa, ia termasuk dalam jenis smartphone. Di dalamnya pemilik diberi pilihan untuk menikmati layanan yang bernama bb massenger sebuah layanan chatting seperti halnya ym, gtalk atau sejenisnya. Bebe semakin mendunia ketika Barrack Obama dikabarkan berkampanye untuk meraih dukungan masyarakat Amerika Serikat menjadi presiden menggunakan gadget mewah ini.

Seiring waktu, sekitar tahun 2008 dunia termasuk indonesia, yang terkenal dengan gaya hidup nya juga demam bebe. Bebe memang relatif mahal, setidaknya dibandingkan jenis smartphone lainnya semacam Nokia E63, E71 dan lain - lain. Tapi sekali lagi bb tetap laris manis. Seperti halnya sebuah trend gaya hidup, bb seakan menjelma sebagai sebuah simbol kemapanan. Maka tidak sedikit orang membeli bb untuk sekedar gaya dan menunjukkan aktualisasi diri dalam sebuah komunitas. Sebagian mungkin masih relevan alasan mempunyai bb untuk menunjang kelancaran bisnis, usaha, dan pekerjaan dengan mengoptimalkan layanan bbm.

Saya, Alhamdulillah hingga saat ini belum memiliki bb. Kalau sekedar keinginan untuk mempunyai ya ada lah keinginan untuk membeli. Tapi belum pernah terealisasi. Selain memepertimbangkan aspek finansial, juga mempertimbangkan dari segi manfaat. Saya belum benar – benar membutuhkannya setidaknya hingga saat ini.

Tidak hanya satu, dua atau tiga orang teman yang bertanya berapa pin BB saya. Saya katakan dengan jujur kalau saya tidak punya bb. Seakan tak percaya kalau saya tidak memiliki bb. Sedemikian penting kah bb untuk dimiliki saat ini? Jawabannya pasti relatif. Masing – masing orangnya tentu pendapat yang berbeda. Mereka punya reason untuk mendukung keputusan yang mereka ambil.

Dalam keseharian dunia kerja, saya memang didekatkan pada dunia teknologi semacam gadget yang memang diperlukan dalam menunjang pekerjaan saya. Tidak harus punya menurut saya. Tahu mengerti dan faham teknologi itu dan mengikuti perkembangannya sudah cukup bagi saya. Karena pada posisi pada pekerjaan saya saat ini kita tidak boleh gaptek, sebagaimana pesan seorang Kepala Bidang kepada saya.

No comments:

Post a Comment