Ada
sebuah indikator yang diperkenalkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk
melihat seberapa sulitkah sebuah desa untuk diakses secara geografis? Jadi kita
bisa membandingkan antar desa, mana yang lebih sulit aksesnya jika dibandingkan
dengan desa lainnya menggunakan indikator tersebut. Indikator itu dikenal
sebagai Indeks Kesulitan Geografis.
Indeks Kesulitan
Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk menentukan tipologi desa berdasarkan
tingkat kesulitan untuk akses ke wilayah suatu desa. IKG dihitung oleh BPS
dengan menggunakan data PODES 2014. Data IKG digunakan salah satunya dalam
pertimbangan untuk mengalokasikan dana desa dari pemerintah pusat.
Indeks
Kesulitan Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk menentukan tipologi desa
berdasarkan tingkat kesulitan untuk akses ke wilayah suatu desa. IKG dihitung
oleh BPS dengan menggunakan data PODES 2014. Data IKG digunakan salah satunya dalam
pertimbangan untuk mengalokasikan dana desa dari pemerintah pusat.
IKG pada dasarnya merupakan indeks yang disusun berdasarkan skoring yang dilakukan untuk masing-masing instrumen penilaian. Pemilihan instrumen ini dilakukan dengan mengacu pada empat komponen utama yaitu : 1. Ketersediaan pelayanan dasar; 2. Kondisi infrastuktur dan geografis desa; 3. Transportasi; dan 4. Komunikasi desa ke kabupaten/kota. Dalam interpretasinya, jika nilai IKG semakin mendekati 100, maka tingkat kesulitan geografisnya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya jika nilai IKG semakin mendekati 0, maka tingkat kesulitan geografisnya semakin berkurang. IKG hanya dihitung untuk desa saja. Diasumsikan daerah perkotaan tidak perlu dihitung karena umumnya kelurahan mempunyai fasilitas yang lengkap dan akses yang mudah. Sehingga kota Banjarbaru dan Banjarmasin yang tidak memiliki desa, tidak dilakukan penghitungan.
IKG Kalimantan Selatan secara rata-rata
sebesar 42,01. Sementara secara nasional, lebih dari 57,4 persen desa-desa di
Indonesia termasuk dalam kategori 30-50, yang sudah dapat dikatakan bagus. Ini
berarti bahwa desa-desa di Kalimantan Selatan secara umum sudah berada kondisi
yang bagus. Namun demikian IKG Kabupaten Kotabaru yang mencapai 48,48 adalah
nilai IKG paling tinggi dibandingkan daerah lain di Kalimantan Selatan, sehingga perlu
mendapatkan perhatian. Dengan wilayah Kotabaru yang sangat luas, mencakup
seperempat wilayah Kalimantan Selatan menjadikan desa-desa di Kotabaru cukup
sulit diakses, termasuk pula akses terhadap fasilitas-fasilitas pembangunan oleh
masyarakatnya. Terlebih lagi dengan kondisi geografis kabupaten kotabaru yang
terdiri dari pegunungan dan kepulauan menjadikan daerah ini semakin sulit akses
transportasi dan komunikasi.
Jika dilihat lebih pada wilayah administrasi
yang lebih kecil, desa Juhu di kecamatan Batang Alai Timur, kabupaten Hulu
Sungai Tengah bersama dengan desa Dadap Kusan Raya, kecamatan Kusan Hulu,
kabupaten Tanah Bumbu adalah dua desa yang memiliki IKG paling tinggi di
Kalimantan Selatan yakni masing-masing sebesar 85,77 dan 80,77. Dengan demikian
kita bisa mengatakan bahwa dua desa memiliki tingkat kesulitan geografis paling
tinggi di wilayah Kalimantan Selatan. Sebenarnya apa dan bagaimana gambaran dua
desa ini sehingga berprediket sebagai desa paling sulit geografisnya?
Eksotisme
desa Juhu dan Dadap Kusan Raya di Kawasan Meratus
Dua desa ini boleh saja memiliki nilai IKG
tertinggi, yang berarti bahwa kedua desa ini memiliki akses yang paling komplit
sulitnya di antara desa lain di Kalimantan Selatan, baik dari segi jarak yang
jauh, minimnya fasilitas transportasi maupun fasilitas pendidikan dan kesehatan serta ekonomi. Anda tidak akan
menemukan sinyal handphone di dua desa ini, meskipun ada penduduknya memiliki handphone.
Kedua desa ini sama-sama berada di kawasan pegunungan Meratus
dengan ketinggian sekitar 500 di atas permukaan laut. Untuk menuju ke desa Juhu,
bisa melalui sebuah desa bernama Birayang yang berada di Kecamatan Batang Alai
Selatan ke desa terdekat dari Juhu, yaitu Kiyu dengan waktu tempuh 50 menit.
Selanjutnya untuk ke Desa Juhu harus berjalan kaki melewati hutan-hutan selama
dua hari.
Sementara untuk menuju ke desa Dadap Kusan Raya
perlu waktu sekitar 6 jam dari desa Teluk Kepayang menggunakan kendaraan khusus
modif, dengan ban rimba. Jika tidak menggunakan, maka anda harus bersiap
menanggung perjalanan yang lebih lama dan berat, terlebih lagi jika pada musim
penghujan.
Desa
Juhu dipenuhi oleh hamparan rumput yang terpajang hijau menutupi permukaan
tanah. Batu-batu yang gunung yang berserakan menambah keindahan panorama desa. Udaranya
masih sejuk dengan suasana alam hijau dan bebas polusi. Begitu pula dengan desa
Dadap Kusan Raya yang masih asri dengan suasana keheningan hutan belantaranya. Suasana
dua desa ini, benar-benar jauh dari kebisingan kota. Fasilitas di sini sangat
minim. Penduduknya mengandalkan pertanian. Akses pembangunan memang sangat
lambat. Namun penduduknya dapat hidup dengan damai. Mereka bersahabat dengan
alam.
Bagaimana
anda tertarik ke desa Juhu dan Dadap Kusan Raya? Rasakan sensasi perjalanannya
dan nikmati alamnya. (abdurrahman @banjarbaru, 27 Juli 2016)
No comments:
Post a Comment